bersama tiga orang temanku, maya,tutik dan angel.
Tuban merupakan Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan kota Rembang (Jawa Tengah). Kota Kabupaten tetangga, tapi selama ini ga kepikiran buat main kesono. dan akhirnya setelah melihat tayangan tentang GOA AKBAR di salah satu stasiun TV, langsung menginspirasi. Selain jaraknya yang relatif dekat dengan Rembang sehingga bisa sekali jalan dan ga perlu repot-repot cari tumpangan menginap, ternyata Tuban merupakan kota yang layak dikunjungi karena wisata alam dan budaya nya yang menarik. Sebut saja Goa Akbar, Kelenteng, Makam Sunan Bonang dan lain-lain.
Perjalanan ke Tuban dari Rembang, sepanjang jalan kita banyak dimanjakan dengan pemandangan Laut Jawa, karena sebagian besar Jalan Raya Rembang-Tuban berada tepat dipinggir pantai Laut Jawa. tapi hati-hati, jangan terlena dengan pemandangan alamnya, karena beberapa jalan bergelombang banyak kita temui setelah masuk wilayah Provinsi Jawa Timur, tepatnya sekitar 5 - 10 km dari Gerbang perbatasan Jateng-Jatim.
Di Gerbang Perbatasan Jateng-Jatim, tepat disebelah timur Kecamatan Sarang (Rembang), aku dan teman-teman sempat berhenti untuk istirahat Sarapan sambil menikmati Matahari Pagi dan Angin Laut. dan yang pasti, Hunting Foto....
setelah cukup mengisi energi dan lumayan capek nunggu orang2 narsis pada foto, karena masih cukup pagi, perjalanan dilanjutkan. tidak langsung ke Tuban, kali ini rombonganku memutuskan untuk mampir ke Pantai Sowan.
PANTAI SOWAN
kami berempat sampai di Tempat Wisata Alam ini sekitar jam 08.00 dan terlihat sepi waktu kami sampai di Gerbang Masuk Wisata Pantai Sowan ini. bahkan tidak ada penjaga di Loket Karcis. Palang Gerbang Masuk masih terpasang dan terpaksa dengan sedikit usaha membungkuk untuk melewatkan badan sekaligus motor.
Dari Gerbang masuk sampai tepat di pinggir pantai Sowan, kami harus melewati semacam hutan kecil dengan satu jenis pohon. sempat kami melewati bangunan milik Perhutani yang terlihat sepi juga. akses jalan menuju Pantai Sowan di hutan ini hanya berupa jalan setapak dan masih berupa tanah dan batuan. karena masih musim kemarau, jadi kami ga perlu direpotkan dengan tanah becek dan licin.
sekitar 700 meter dari pintu masuk, tanda-tanda, aroma dan suara air laut sudah mulai terasa. dan benar saja, pantai Sowan ada di depan mata.
yang membuat saya suka pantai ini adalah
- masih sangat alami, saya ga perlu stres liat terlalu banyak orang berlalu lalang di tempat ini. saya juga ga perlu memalingkan muka saya dari memandang indahnya alam ke tempat makan atau kios-kios penjual souvenir, dll
- banyak pohon. salah satu alasanku kadang males main ke pantai adalah identik dengan tempat terbuka tanpa pemandangan hijau. tapi disini, bahkan saat kita baru masuk dan bahkan saat puncak musim kemarau kita masih bisa menikmati banyak pohon. walaupun memang bisa dibilang tidak berdaun, tetapi karena rapatnya pohon-pohon disini dan panjangnya ranting-ranting, menciptakan eksotisme alam tersendiri.
- pantai berbatu. karakteristik kebanyakan pantai di Laut Utara adalah landai dan berpasir. dan aku suka tempat ini karena pantainya berbatu dan menjorok kebawah dari daratan. sayang, aku ga sempet turun ke laut... karena harus melanjutkan perjalanan, jadi ga sempet ngrasain air laut Pantai Sowan, asin atau manis? ..wkwkwkwkk
- bersih. aku ga banyak liat sampah plastik dan kertas berserakan di tempat ini. apakah selalu dibersihkan? atau sedikit pengunjung? ...mmm...apapun itu, BERSIH. aku suka
sampai akhirnya kami memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan dan meninggalkan Pantai Sowan, pada saat melewati Pintu Gerbang Masuk yang sekaligus sebagai pintu keluar, tidak juga kami temukan petugas ataupun pengelola Pantai ini. dan ini berarti kami tidak perlu membayar tiket masuk dan parkir motor. tapi sebelum saya kabur sambil kegirangan karena dapet gratisan, saya sempat memotret harga Tiket Masuk ke tempat wisata ini sebagai oleh-oleh buat kawan-kawan yang ingin berkunjung ke tempat ini.
Tiket Masuk 3.000/orang
motor 1.000 dan mobil 2.000
murah meriah yaaaa
silahkan datang
SALAM CINTA INDONESIA
lanjutkan perjalanan ke >>>>> Klenteng Kwan Sing Bio
KLENTENG KWAN SING BIO
Jalan Masuk dari Samping |
Lokasi Klenteng ini sangat mudah dicapai. cukup mengikuti Jalan Pantura masuk ke Kota Tuban, dan anda pasti melewati Klenteng ini, terletak di selatan jalan yang berseberangan langsung dengan Laut Jawa (Menghadap Laut Jawa). dan ternyata seperti apa yang saya baca dari http://travel.detik.com/read/2012/02/25/000634/1851222/1025/klenteng-kwan-sing-bio-sang-penantang-laut-utara , Klenteng Kwan Sing Bio ini merupakan satu-satunya klenteng di Indonesia yang menghadap ke laut. Keberadaannya yang berani menantang laut ini, mengartikan bahwa kelenteng ini kuat. Bahkan, banyak yang mengatakan tempat ibadah ini keramat maka jangan heran bila bengunan ini banyak menarik perhatian orang khususnya yang beragama Tionghoa.
Lokasi yang cukup luas dan warna yang mencolok dan patung Kepiting besar di atas Gerbang masuk klenteng ini menambah kemudahan menemukan lokasi Klenteng ini. Setelah melewati Pos Satpam untuk meminta ijin berkunjung dan sedikit urusan Administrasi, anda akan bebas menikmati wisata Budaya dan Agama di Klenteng ini, tentunya dengan tidak mengganggu Masyarakat Tionghoa yang sedang sembahyang disini.
Lokasi yang cukup luas dan warna yang mencolok dan patung Kepiting besar di atas Gerbang masuk klenteng ini menambah kemudahan menemukan lokasi Klenteng ini. Setelah melewati Pos Satpam untuk meminta ijin berkunjung dan sedikit urusan Administrasi, anda akan bebas menikmati wisata Budaya dan Agama di Klenteng ini, tentunya dengan tidak mengganggu Masyarakat Tionghoa yang sedang sembahyang disini.
Bangunan Utama |
Dinding bergambar Peta Indonesia |
Bandingkan dengan ukuran penampakan ini..wkwkwk |
sebenarnya berkunjung ke klenteng ini bukan tujuan utama perjalanan kami ke Tuban. ide ini mendadak muncul saat saya dan teman-teman ngobrol sambil istirahat di perbatasan Jateng-Jatim. Dan ternyata tidak rugi kami menyempatkan waktu singgah di tempat ini. tentu saja karena tidak direncanakan sebelumnya, saya ga sempat membaca referensi tentang klenteng ini. baru setelah saya mulai menulis hasil perjalanan saya, saya googling dan mendapat informasi ini dari http://wisatakuliner.com/kuliner/tempat-wisata/item/klenteng-tuban-kwan-sing-bio.html
Konon, klenteng ini merupakan sebuah tempat pemujaan kecil milik sebuah keluarga berkewarganegaraan Cina yang merantau ke Indonesia. Keluarga tersebut pernah tinggal di Desa Tambakboyo, sekitar ±30 km arah kota Tuban. Diperkirakan, sekitar 200 tahun yang lalu tempat pemujaan itu akan dipindahkan ke daerah timur. Tapi sesampainya di Tuban, kapal yang membawa Kongco Kwan Sing Tee Koen dan bahan-bahan dari pembongkaran rumah pemujaan mendadak berhenti. Segala upaya telah dilakukan untuk mengatasi permasalahannya, tapi tidak ada hasil yang didapatkan. Pada akhirnya, seluruh awak kapal mengambil keputusan untuk melakukan ritual pue yang bertujuan untuk meminta petunjuk dari Dewa. Setelah melakukan ritual tersebut, akhirnya Kongco Kwan Sing Tee Koen beserta bahan-bahan dari pembongkaran diturunkan untuk membangun klenteng di wilayah tersebut dengan nama “Klenteng Kwan Sing Bio”.
Sebenarnya Klenteng Kwan Sing Bio memilki beberapa arsip yang berisi tentang sejarah berdirinya Klenteng Kwan Sing Bio, akan tetapi arsip tersebut terbakar pada saat zaman penjajahan. Hingga saat ini, sejarahnya sendiri merupakan cerita yang diceritakan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, untuk mengetahui tahun berdirinya Klenteng Kwan Sing Bio secara pasti cukup sulit. Pada masa Orde Baru, klenteng ini merupakan sebuah rumah ibadah yang diperuntukkan bagi tiga umat agama. Oleh karena itu, klenteng ini sering dikenal dengan nama TITD (Tempat Ibadah Tri Dharma), yaitu umat Budha, Taoisme dan Konghucu.
Sebenarnya Klenteng Kwan Sing Bio memilki beberapa arsip yang berisi tentang sejarah berdirinya Klenteng Kwan Sing Bio, akan tetapi arsip tersebut terbakar pada saat zaman penjajahan. Hingga saat ini, sejarahnya sendiri merupakan cerita yang diceritakan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, untuk mengetahui tahun berdirinya Klenteng Kwan Sing Bio secara pasti cukup sulit. Pada masa Orde Baru, klenteng ini merupakan sebuah rumah ibadah yang diperuntukkan bagi tiga umat agama. Oleh karena itu, klenteng ini sering dikenal dengan nama TITD (Tempat Ibadah Tri Dharma), yaitu umat Budha, Taoisme dan Konghucu.
saat istirahat setelah berkeliling di area klenteng ini, saya sempat duduk bersama salah satu penjaga Klenteng. dari Bapak ini saya mendapat informasi tentang umat yang sembahyang di tempat ini yaitu Budha, Taoisme dan Konghucu. selebihnya saya cuma dinasehati untuk tidak memotret masyarakat yang sedang sembahyang (setelah memergoki saya memotret dua orang yang lagi sembahyang...wkwkwk...maaf)
Tidak banyak informasi yang saya dapat dari Petugas-petugas maupun umat tentang Klenteng ini. karena memang waktu yang terbatas dan saya tidak mau mengganggu mereka yang sedang sembahyang dengan pertanyaan-pertanyaan. saya hanya bisa memperhatikan mereka sembahyang sambil beberapa kali mengambil gambar patung-patung yang mungkin dewa mereka.
Banyak Relief dan patung-patung berukuran besar bisa dijumpai disini. Aroma asap dupa semakin menusuk di dekat bangunan utama tempat sembahyang. beberapa lilin berukuran besar menyala, dan kertas-kertas berwarna kuning sebagai simbol uang dibakar.
GOA AKBAR
Akhirnya sampai di tempat tujuan utama trip kali ini. Goa Akbar