Senin, 22 Oktober 2012

Pantai Bandengan Jepara

22 Oktober 2012
17.35 WIB
malam sebelum berangkat ke Pantai Bandengan Jepara

lagi-lagi Trip dadakan. Urusan Pekerjaan yang mengharuskan berangkat ke Pantai Bandengan Jepara. dan saya masih sempar Hunting Referensi tentang Pantai ini. Bukan nama baru, karena sekitar tahun 2004 saya pernah tinggal di Jepara selama 1 semester tepatnya di Asrama Mahasiswa Keelautan UNDIP di Desa Teluk Awur Jepara. dan pantai ini sering dibicarakan di kalangan mahasiswa waktu itu, tapi saya tidak menyempatkan diri main ke Pantai ini.

dari yang saya baca di http://kumpulan.info/wisata/tempat-wisata/53-tempat-wisata/148-pantai-tirta-samudera-jepara.html, sejarah pemberian nama Pantai Bandengan :

Sejarah Pantai Bandengan

Menurut kisah turun temurun, nama Pantai Bandengan pertama kali diberikan oleh putra Sunan Muria yaitu Amir Hasan saat akan berpergian mengembangkan ilmu agama ke Kepulauan Karimunjawa. Ketika sampai di pantai ini, mereka menemukan banyak Ikan Bandeng sehingga wilayah itu dinamakan Desa Bandengan. Pantai yang ada di desa tersebut akhirnya dinamakan Pantai Bandengan.
Di pantai ini juga menjadi tempat favorit Pahlawan Nasional yang memulai emansipasi wanita yaitu R.A. Kartini yang merupakan putri Bupati Jepara pada saat itu. R.A. Kartini sering berwisata ke pantai ini bersama para bangsawan Belanda pada masa itu.

wkwkwkwk...dan ternyata ada versi lain cerita tentang sejarah penamaan Pantai Bandengan ... ini dia, saya ambil dari http://www.ticjepara.com/2008/12/pantai-tirto-samudro-atau-yang-dikenal.html

Menurut catatan sejarah, pantai Bandengan ternyata masih terkait erat dengan kehidupan Pahlawan Nasional yang juga tokoh emansipasi wanita yaitu RA Kartini. Pantai ini menyimpan banyak kenangan manis buat putri Adipati Jepara kala itu. Gadis yang lincah dengan pangilan TRINIL ini semasa kecilnya sering sekali berwisata ke pantai ini bersama Bangsawan Hindia Belanda yaitu Ny. Ovink Soer (Isteri asisten residen) bersama suaminya. Pada saat liburan pertama menjelang kenaikan kelas, mereka selalu mengajak RA Kartini beserta adik-adiknya Roekmini dan Kardinah untuk menikmati keindahan suasana pantai. Kartini dan kedua adiknya mengikuti Ny. Ovink Soer mencari kerang sambil berkejaran menghindari ombak yang menggapai kaki mereka. Kepada Kartini ditanyakan apa nama pantai tersebut. Di jawab dengan singkat �Pantai Bandengan� kemudian Ny. Ovink Soer mengatakan di Holland pun ada pantai yang hampir sama dengan Pantai Bandengan, hanya ada sedikit perbedaan bahwa airnya dingin namanya SCHEVENINGEN. Secara spontan Kartini menyela ��..kalau begitu kita sebut saja Pantai Bandengan ini dengan �KLEIN SCHEVENINGEN�. Berawal dari hal di atas, maka sampai sekarang Pantai Bandengan terkenal dengan sebutan KLEIN SCHEVENINGEN (bahasa Belanda : KLEIN berarti pantai dan SCHEVENINGEN yaitu nama pantai di negeri Belanda).

masih dari sumber yang sama, dilanjutkan dengan cerita ini yang mempunyai kesamaan dengan versi sebelumnya

 Sementara itu dikisahkan bahwa obyek wisata Pantai Bandengan memiliki keterkaitan dengan legenda asal usul Kepulauan Karimunjawa. Dalam legenda disebutkan bahwa karena terdorong rasa prihatin akan perilaku anaknya yang nakal/bandel, maka Sunan Muria memerintahkan puteranya yaitu Amir Hasan pergi ke utara menuju sebuah pulau yang nampak �kremun-kremun� dari puncak Gunung Muria. Kepergian ini dengan tujuan untuk memperdalam sekaligus mengembangkan ilmu agama. Kelak pulau yang dituju itu dinamakan Pulau Karimunjawa. Dalam perjalanan itu sampailah Amir Hasan di pantai yang banyak terdapat paya-paya dan ikan bandeng. Sampai sekarang tempat ini dinamakan Desa Bandengan dan pantai yang terletak di desa itu disebut pula Pantai Bandengan.

well...apapun ....kita lanjut saja

23 Oktober 2012
21.50 WIB, sepulang dari Pantai Bandengan Jepara
alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, perjalanan ke semarang dan lanjut ke Jepara dan sampai kembali ke rumah berjalan lancar.

saya dah ga sabar bagi cerita Trip ke Pantai Bandengan Jepara dan bagi foto-foto yang sempat saya ambil. tapi saya harus bersabar, karena belum bisa transfer file foto ke laptop, dan saya harus istirahat setelah perjalanan maraton dari  Trip Jawa Timur (Suramadu, Malang dan Jombang) , pulang, dan lanjut ke Jepara.

wkwkwkk...sampai ketemu besok.

24 Oktober 2012
siap upload foto dari Pantai Bandengan - Palm Beach Resort - Jepara



Dalam rangka Temu Responden Survey yang diselenggarakan Bank Indonesia Wilayah V Semarang, tempat saya kerja mendapat undangan mengikuti kegiatan tersebut. jadilah saya bersama 2 orang berangkat. saya berangkat dari Rembang jam 03.00 WIB, perlu perjuangan keras untuk menahan dingin mandi jam Dua dini hari. saya sempet menggigil kedinginan, tapi terbayar dengan perjalanan yang baru saja saya alami...wkwkwkwkwk

Saya harus menuju Semarang dulu karena semua Peserta harus Registrasi di Bank Indonesia dan rombongan diberangkatkan dalam 5 Bis menuju Jepara. Perjalanan dari Rembang ke Semarang cukup lancar mengingat budaya macet di titik-titik perbaikan jalan di Jalur Pantura. karena berusaha datang tepat waktu, bis pertama yang datang, tanpa pikir panjang, kami langsung naik. dan Bis Ekonomi tanpa AC antar provinsi yang hadir...wkwkkwkwk..bismillah..perjalanan lancar sampai di depan Terminal Terboyo Semarang. masuk taksi dan langsung menuju BI di daerah Pleburan.

Sampai di BI cukup pagi, Registrasi Ulang, Ganti baju dan sempat sarapan bubur ayam di depan BI. wkwkwkwk..singkat cerita berangkatlan rombongan dengan 5 unit Bus Pariwisata.

PALM BEACH RESORT - Pantai Bandengan Jepara



dari depan Palm Beach Resort tidak terlalu mencolok dan mewah. tapi setelah kita msuk, suasana nyaman mulai terasa. dan semakin dalam kita masuk, secuil Mahakarya Tuhan telah siap menyambut kita. hamparan pasir putih yang luas, air laut jernih dan membiru membentuk lekukan-lekukan indah di sepanjang pantai. rindangnya pohon palm dan beberapa pohon lain. langit biru yang luas. beberapa Boat bergoyang-goyang dimainkan ombak yang lembut. warna cerah dan kontras dari Banana Boat di tepi pantai. Indaaahhhhhhhhhhhhh............

Palm Beach Resort terletak tepat di sebelah kanan Tempat Wisata Pantai Bandengan Jepara. saya malah ga sempat masuk ke tempat wisata nya, tapi dari Resort ini saya masih bisa melihat beberapa kerumunan rombongan wisata di Pantai Bandengan. walaupun saya tidak masuk tempat wisatanya, saya yakin view dan fasilitas dari resort ini jauh lebih bagus. apalagi saya tidak perlu berdesakan dengan pengunjung lain dan harus terganggu dengan pemandangan kios-kios yang biasa ada di tempat wisata manapun. bukan masalah kemewahan fasilitasnya, tapi saya suka wisata alam yang masih alami. dan beruntunglah saya.....









Minggu, 21 Oktober 2012

JATIM (Suramadu,Masjid Turen,Jatim Park,Makam Gusdur)

ini Trip dadakan dan gratisan
ga perlu cerita kenapa bisa mendadak dan gratis....wkwkwkwk..... dapat jatah 2 kursi, akhire aku ngajak temen yang biasa nge-trip ma aku. namanya TUTIK .....

saat ditawari trip ini sebenarnya saya males banget, banyak alasan (padahal saya keranjingan Travelling). tapi karena beberapa alasan juga akhirnya saya menerima tawaran ini. Dan berangkatlah saya dan rombongan dari Rembang menuju Suramadu, Masjid Turen dan Jatim Park I (Malang) dan Makam Gusdur di Jombang.

walaupun mendadak saya sempat membaca referensi tentang tempat-tempat yang akan dikunjungi, khususnya Masjid Turen dan Makam Gusdur di Kompleks Pesantren Tebu Ireng Jombang. Cukup menarik saya untuk akhirnya memutuskan berangkat.

JEMBATAN SURAMADU

berangkat dari Rembang jam 10.00 malam, tepat pukul 03.00 dini hari tiba-tiba ada salah satu orang dalam bus teriak, Suramaduuu....!!!...wkwkwkk..bangunlah saya dan dari balik kaca bus saya melihat jalan tol Suramadu, yang tentu saja tidak banyak berbeda dengan jalan tol lainnya, karena memang jam 03.00 pagi belum ada matahari yang membuat terang bumi, sehingga lautan yang kami sebrangi tidak tampak sama sekali...wkwkwkk

karena tidak ada tujuan wisata ke Pulau Madura, soooo...bus berbalik arah dan berhenti di Kios Oleh-Oleh.

yang lain sudah ribut belanja, seperti biasa, saya bengong saja. memang jarang banget beli oleh-oleh, tapi kali ini super parah karena lagi bokek kelas kakap....wkwkwkkk. jadi lebih cermat mengeluarkan duit dari kandangnya.

yang lain puas belanja, perjalanan dilanjutkan ke tujuan selanjutnya yaitu Masjid Tiban di Turen Malang...dan saya pun melanjutkan tidur di dalam Bus.


MASJID TIBAN, TUREN-MALANG






Rabu, 10 Oktober 2012

Pasujudan Sunan Bonang

10 Oktober 2012

cukup lama saya terdiam sebelum mulai menulis perjalanan saya kali ini. masih tersisa setitik kekecewaan di hati saya. hehe

hmmm....mulai saja. ini menjadi bagian rencana saya untuk melakukan perjalanan religi WALI SONGO seperti apa yang sudah saya ceritakan di "Mimpi:Waali Songo"

terlepas dengan segala perdebatan dan perbedaan pendapat tentang lokasi makam Sunan Bonang yang sebenarnya, saya memilih perjalanan ini karena memang lokasinya yang dekat dengan tempat tinggal saya. Masih di dalam kota Rembang. bersama teman saya, Maya.

Sampai di depan Gerbang Masuk Pasujudan Sunan Bonang, Saya liat sampah disana-sini dan bekas keramaian yang baru saja usai. Memang hanya sedikit orang yang berlalu lalang disekitar lokasi, tapi masih terlihat bekas-bekas acara besar baru dihelat disini. Terlihat juga satu Truk Polisi dan Awaknya masih terparkir di halaman depan. Saya dan Maya tidak langsung naik ke Pasujudan Sunan Bonang. Saya sempat melirik penunjuka arah sederhana menuju Makan Sunan Bonang. Dari situ saya tahu arah dan jarak ke makam 300 meter. melalui Jalan Kecil yang mungkin ga cukup untuk mobil, tapi cukup untuk Motor dua arah, dan kondisi jalan sudah bagus berupa cor beton, saya langsung meluncur ke lokasi. Sebelah kiri jalan, pemakaman umum dan sebelah kanan berupa pemukiman. Mengikuti penunjuk arah sangat memudahkan mencapai lokasi makam.

Tidak jauh berbeda dengan Makam-makam orang alim lainnya, berupa beberapa bangunan kecil yang disatukan dengan pagar dinding tinggi. Masuk Gerbang Makam, beberapa ibu2 sedang menyapu. semakin tampak jelas bahwa baru saja ada acara besar disini. Benar saja, seorang bapak-bapak tiba-tiba menyambut saya dengan pertanyaan (yang sudah saya terjemahkan ke bahasa Indonesia), "kok ketinggalan mba?", saya: "oh..tidak pak, saya tidak ketinggalan, saya memang baru datang". Dia bilang acara sudah selesai, dan dari dia saya tahu bahwa ini adalah Hari Rabu Legi, dan disini setiap bulan Selo (Dulkangidah) Hari Rabu Pahing sebagai acara haul Sunan Bonang. hmmmmm...benar juga kalo dibilang saya ketinggalan.. harusnya tadi ada moment bagus untuk saya Hunting Foto sekaligus mengenal budaya disini.... wkwkwkk. saya baru paham apa yang dimaksud Bapak itu setelah sampai rumah dan baca di blog ini http://mengenalrembang.blogspot.com/2011/05/pasujudan-sunan-bonang.html






Kamis, 04 Oktober 2012

WS 1- Sunan Drajat - Lamongan

Referensi yang saya baca sebelum perjalanan saya ke Makam Sunan Drajat, Desa Drajat, Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

http://jelajah-nesia.blogspot.com/2012/04/wisata-religi-di-makam-sunan-drajat.html

  • Sunan Drajat adalah putra dari Sunan Ampel dan diperkirakan lahir pada tahun 1470 masehi. Nama kecilnya adalah Raden Qasim, yang mendapat gelar Raden Syarifudin.
  • Dalam hidupnya, Sunan Drajat dikenal dengan filosofi dan jiwa kepedulian sosialnya pada warga yang tidak mampu. Filosofi Sunan Drajat dalam pengentasan kemiskinan itu terabadikan dalam sap Tangga ke tujuh dari tataran kompleks Makam Sunan Drajat dan Relief kayu yang di cungkup Makam.
  • Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang Wali yang membuat tembang ( lagu Jawa ) Mocopat yakni Pangkur yang dimainkan dengan seperangkat Gamelan yang disebut Singo Mengkok. Seperangkat gamelan Kuno Sunan Drajat itu kini tersimpan di Museum Sunan Drajat yang berada di kompleks makam Sunan Drajat.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Drajat

Beliau sebagai Wali penyebar Islam yang terkenal berjiwa sosial, sangat memperhatikan nasib kaum fakir miskin. Ia terlebih dahulu mengusahakan kesejahteraan sosial baru memberikan pemahaman tentang ajaran Islam. Motivasi lebih ditekankan pada etos kerja keras, kedermawanan untuk mengentas kemiskinan dan menciptakan kemakmuran.
Usaha ke arah itu menjadi lebih mudah karena Sunan Drajat memperoleh kewenangan untuk mengatur wilayahnya yang mempunyai otonomi.
Sebagai penghargaan atas keberhasilannya menyebarkan agama Islam dan usahanya menanggulangi kemiskinan dengan menciptakan kehidupan yang makmur bagi warganya, beliau memperoleh gelar Sunan Mayang Madu dari Raden Patah Sultan Demak pada tahun saka 1442 atau 1520 Masehi.
[sunting]
Filosofi Sunan Drajat
Filosofi Sunan Drajat dalam pengentasan kemiskinan kini terabadikan dalam sap tangga ke tujuh dari tataran komplek Makam Sunan Drajat. Secara lengkap makna filosofis ke tujuh sap tangga tersebut sebagai berikut :
  1. Memangun resep tyasing Sasoma (kita selalu membuat senang hati orang lain)
  2. Jroning suka kudu éling lan waspada (di dalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada)
  3. Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah (dalam perjalanan untuk mencapai cita - cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan)
  4. Mèpèr Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu)
  5. Heneng - Hening - Henung (dalam keadaan diam kita akan memperoleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita - cita luhur).
  6. Mulya guna Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita capai dengan salat lima waktu)
  7. Mènèhana teken marang wong kang wuta, Mènèhana mangan marang wong kang luwé, Mènèhana busana marang wong kang wuda, Mènèhana ngiyup marang wong kang kodanan (Berilah ilmu agar orang menjadi pandai, Sejahterakanlah kehidupan masyarakat yang miskin, Ajarilah kesusilaan pada orang yang tidak punya malu, serta beri perlindungan orang yang menderita)

Rabu, 03 Oktober 2012

Donor Darah + Lomba Mewarnai PAUD & TK

Minggu, 23 September 2012

kali kedua kegiatan Donor Darah yang saya adakan, sesuai dengan jadwal Donor Darah sebelumnya + 3 bulan, seharusnya dilaksanakan pada Juli 2012 tepatnya sebelum bulan Ramadhan. dari pihak PMI Rembang menyarankan saya untuk mengadakan Donor Darah yang kedua sebelum bulan Ramadhan karena Stock Darah di bulan tersebut biasanya menipis. tapi karena waktu itu saya lumayan sibuk dengan pekerjaan dan perjalanan saya keluar kota, dan dengan kondisi waktu persiapan yang terlalu sempit, 3 hari sebelum bulan puasa, saya tidak siap. sebenarnya saya juga sangat berat, karena memang beberapa kali teman PMI saya mengatakan bahwa sangat susah menjaga Stock Darah di PMI tetap Ok di Bulan Ramadhan. saya sempat membayangkan Pasien yang benar2 membutuhkan darah saat itu juga dan tidak dapat terpenuhi. mungkin kalau saya melebihkan usaha saya, saya bisa mendapatkan pendonor. tapi...ya sudahlah.

akhirnya 23 September 2012, Kegiatan Donor Darah yang kedua bisa terlaksana di Desa yang sama. walaupun memang hasilnya menurun. kami cuma bisa mendapatkan 10 kantong darah. padahal sebelumnya sampai 15 kantong darah. jumlah calon pendonor yang saya undang bertambah, tapi karena beberapa orang berasa di luar kota, sedang bekerja, atau kondisi badan tidak memenuhi syarat untuk donor, hasilnya 10 kantong darah terkumpul. alhamdulillah


Donor Darah + Pengobatan Gratis Lansia

Minggu, 29 April 2012

Kali pertama Kegiatan Donor Darah yang saya adakan pada tanggal 29 April 2012 dibarengi dengan Pengobatan Gratis untuk Lansia di Desa tempat saya dibesarkan. Alhamdulillah, Kegiatan yang saya lakukan dan bekerja sama dengan PMI Rembang waktu itu bisa mengumpulkan 15 Kantong Darah. Kegiatan sosial Swadaya hasil patungan saya dan teman saya dan bantuan sukarela dari salah satu teman Dokter saya serta bantuan dari Remaja Karang Taruna berjalan dengan baik. walaupun memang tidak meriah, karena memang bukan kegiatan hiburan. sekitar 30 orang lansia datang untuk memeriksakan kesehatan dan mendapatkan obat gratis.

karena sebelumnya saya tidak menulis tentang Kegiatan Donor Darah yang pertama sekaligus Pengobatan Gratis untuk Lansia yang dilaksanakan tanggal 29 April 2012, disini sedikit saya laporkan....(bergaya sok reporter)

kenapa Donor Darah?

sebelumnya sejak tahun 2010, saya rutin donor darah. tapi setelah tahu bahwa darah saya tidak layak di donorkan, saya jadi agak sedih. dari sini dan memang karena saya ingin ikut kegiatan sosial, jadi akhirnya saya memutuskan untuk mencari Pendonor. kalaupun saya tidak bisa mendonorkan darah saya, saya sangat berharap bisa mengajak orang lain donor darah. akhirnya setelah curhat ke beberapa kawan saya, akhirnya muncul ide mengadakan kegiatan Donor Darah dan Pengobatan Gratis untuk Lansia. karena keterbatasan Dana dan Tenaga, Pengobatan Gratis hanya untuk Lansia, bukan umum. saya berharap suatu saat nanti bisa mengadakan pengobatan gratis untuk umum.

atas bantuan tenaga dan buiaya dari kawan saya seorang Dokter dan Perawat, dan hasil kerjasama dengan Pemuda Karang Taruna setempat, kegiatan ini bisa terlaksana. 


Selasa, 02 Oktober 2012

mimpi : WALI SONGO

anehkah judulnya?

apa yang saya tulis di blog ini biasanya adalah hasil perjalanan saya yang telah saya lakukan. tapi kali ini, judul entri baru saya adalah "mimpi : WALI SONGO".. kata mimpi di depan menunjukkan bahwa apa yang saya tulis ini masih berupa mimpi/ Rencana Perjalanan saya selanjutnya.

sudah banyak saya dengar dan lihat beberapa rombongan dari kampung-kampung di sekitar tempat saya tinggal melakukan perjalanan wisata religi Ziarah Wali Songo, tapi belum sekalipun saya ikut perjalanan seperti ini.

berhubung hobby say travelling khususnya naik motor, bukan angkutan umum atau rombongan, saya langsung punya ide untuk melakukan perjalanan wisata semacam itu dengan naik motor. perjalanan ini mungkin tidak bisa saya lakukan sekaligus dalam satu waktu, mengingat makam dan peninggalan Wali Songo yang tersebar di 8 kota Kabupaten di Pulau Jawa yang terpisah di 3 Provinsi, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. bisa saja perjalanan ini akan tuntas, lengkap sembilan wali, selama setahun. wkwkwkk..saya tidak membuat target waktu, tapi saya niat. wkwkwkwkk

masalah waktu, tenaga dan biaya menjadi pertimbangan utama. dalam waktu dekat mungkin saya dapat menjangkau Makam dan peninggalan Wali di Provinsi Jawa Tengah (Demak, Kudus, dan Jepara) dan beberapa di Provinsi Jawa Timur (Tuban dan Lamongan). saya harus memilih waktu yang tepat karena saya punya jadwal bekerja, dan mencari teman perjalanan.

selama saya merencanakan tempat tujuan pertama yang akan saya kunjungi, saya akan mempelajari tentang kesembilan wali ini dan kota yang akan saya tuju. selain mengunjungi makan dan peninggalan wali tersebut, saya berniat mampir di beberapa wisata alam di kota yang saya kunjungi. sekilas tentang wali songo saya dapat dari http://tempatwisata.web.id/daftar-tempat-wisata-agama-islam-makam-wali-songo.html

Makam anggota Wali Songo berada di Pulau Jawa dan tersebar di tiga provinsi, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Sebuah perjalanan tour wisata agama dengan tujuan ziarah makam Wali Songo biasanya dilakukan secara berurutan selama 7 hari mulai dari Jawa Timur sampai Jawa Barat, maupun arah sebaliknya. Melalui artikel berikut ini saya merangkum kunjungan menuju 9 makam anggota Wali Sembilan yang pernah saya lakukan.

1. Surabaya: Makam Sunan Ampel

Makam Sunan Ampel berada di Kota Surabaya, Jawa Timur, tepatnya di Jalan Nyamplungan. Salah satu tempat wisata di Surabaya ini ramai dikunjungi warga muslim karena lokasinya yang berada di tengah kota dan didukung jalur transportasi yang lancar. Makam Sunan Ampel berada dalam kawasan wisata budaya Surabaya, berdekatan dengan area pecinan Kya Kya Kembang Jepun dan Kampung Arab.

2. Gresik: Makam Sunan Giri dan Syekh Maulana Malik Ibrahim

Kota Gresik memiliki keistimewaan memiliki dua makam anggota Wali Songo, yaitu Sunan Giri dan Syekh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik). Makam Sunan Giri berada di puncak sebuah bukit di daerah Kebomas, sedangkan makam Syekh Maulana Malik Ibrahim berada tak jauh dari alun-alun Kota Gresik, Jawa Timur. Keduanya menjadi daya tarik wisata di Kota Gresik sehingga wisata kuliner Gresik ikut dikenal masyarakat luas.

3. Lamongan: Makam Sunan Drajat

Sunan Drajat menyiarkan agama Islam di sekitar wilayah Lamongan. Setelah beliau meninggal, Sunan Drajat dimakamkan di daerah Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Tempat wisata di Lamongan tersebut berada pada bukit dengan dikelilingi pepohonan yang luas. Untuk pengenalan sejarah budaya bagi dunia pendidikan, di sekitar makam Sunan Drajat dibangun Museum Sunan Drajat dan bisa diakses masyarakat umum secara gratis.

4. Tuban: Makam Sunan Bonang

Sebenarnya terdapat beberapa versi cerita mengenai sejarah makam Sunan Bonang. Ada yang mengatakan Sunan Bonang dimakamkan di 3 lokasi, yaitu Rembang, Tuban, dan Pulau Bawean. Namun sebagian besar ulama dan ahli sejarah setuju bahwa makam asli Sunan Bonang berada di kota Tuban, Jawa Timur. Makam tersebut berada di sebelah barat Masjid Agung Tuban, tepat di salah satu sisi alun-alun Kota Tuban.

5. Kudus: Makam Sunan Kudus

Sesuai namanya, makam Sunan Kudus berada di Kota Kudus, Jawa Tengah. Lokasi makam tak jauh dari Masjid Kudus yang memiliki menara mirip bangunan candi Hindu. Makam Sunan Kudus berada pada daerah dataran rendah sehingga lokasinya mudah dijangkau para wisatawan yang ingin mendoakan. Salah satu tempat wisata di Jawa Tengah ini ramai dikunjungi wisatawan melalui paket wisata Wali Songo.

6. Jepara: Makam Sunan Muria

Makam Sunan Muria berada tepat di puncak Gunung Muria. Saya sendiri ragu menentukan apakah lokasi makam berada di Jepara atau masih masuk wilayah Kudus. Namun sebagian besar literatur menyatakan bahwa makam tersebut berada di kawasan Jepara. Sebelum mencapai obyek wisata di Jawa Tengah ini, wisatawan harus menguji mental dan fisik untuk melewati jalur mendaki dan terjal menuju lokasi makam. Untungnya sudah ada layanan ojek yang mendukung kegiatan liburan ini.

7. Demak: Makam Sunan Kalijaga

Kota Demak bukan hanya terkenal dalam bidang sejarah budaya karena pernah berdiri Kerajaan Islam Demak. Disana juga terdapat makam Sunan Kalijaga (dalam bahasa setempat disebut Sunan Kalijogo). Lokasi makam agak ke daerah pinggiran kota Demak. Jarak makam Sunan Kalijaga dan kompleks pemakaman keluarga Kerajaan Demak bisa ditempuh dengan naik mobil selama kurang lebih 15 menit. Inilah salah satu obyek wisata di Jawa Tengah yang memiliki nuansa Jawa yang sangat kental.

8. Cirebon: Makam Sunan Gunung Jati

Bagian paling barat dari makam-makam anggota Wali Songo adalah makam Sunan Gunung Jati. Lokasi makam berada di salah satu daerah di kota Cirebon, Jawa Barat. Makam Sunan Gunung Jati berhiaskan ornamen dan piring antik dari China. Menurut sejarah yang beredar di masyarakat, Sunan Gunung Jati semasa hidupnya pernah menikahi Putri Ong Tien dari China sehingga budaya Tiongkok tampak dalam peninggalan sejarah di Cirebon.

Itulah delapan kota yang menjadi lokasi pemakaman para tokoh Wali Songo. Berlibur dan mengunjungi tempat-tempat wisata menarik di Indonesia bukan hanya untuk tujuan bersenang-senang. Kegiatan travelling juga bisa menjadi media pendidikan yang bagus untuk mengenalkan kekayaan budaya bangsa sekaligus menanamkan nilai-nilai keagamaan dalam diri kita. Ayo berlibur keliling Indonesia!


dari salah satu blog yang saya baca, bicara soal lokasi Makam Sunan Bonang yang masih simpang siur antara di Desa Bonang Rembang - Jawa Tengah atau di Tuban - Jawa Timur. http://informasi-budidaya.blogspot.com/2011/11/wisata-religi-perlu-data-empiris.html mengatakan bahwa "Pemkab Rembang telah lama ingin mengembangkan prosesi penjamasan bende bicak menjadi wisata religi komperhensif dengan aneka kegiatan, termasuk didalamnya ziarah ke makam Sunan Bonang. Namun karena sampai saat ini keberadaan makam yang sebenarnya masih simpang siur apakah di Bonang-Rembang atau di Tuban-Jawa Timur, maka perlu dicari bukti empiris terkait tempat terakhir peristirahatan salah satu tokoh wali songo tersebut.". saya sama sekali tidak berniat ikut-ikutan mencari bukti atau apapun tentang kebenaran lokasi Makam Sunan Bonang...wkwkwkk..hanya saja, karena Desa Bonang masih berada di wilayah Kota Rembang dimana saya juga tinggal, saya jadi tertarik untuk mengunjungi peninggalan/ Makam tersebut. semata-mata karena jaraknya yang dekat dan untuk menambah informasi. saya juga sering melihat rombongan peziarah di sekitar Wisata Bonang setiap kali saya lewat daerah ini. sering penasaran, tapi saya belum menyempatkan diri mampir ke tempat ini.

beberapa tulisan dari blog-blog lain sengaja saya tampilkan disini sebagai referensi tambahan. saya sebutkan web nya sebagai bentuk sopan santun dan menjauhkan dari usaha plagiat. satu informasi lagi saya ambil dari http://www.seasite.niu.edu/indonesian/islam/Bonang.htm yang memberikan informasi tentangh Sunan Bonang.

di blog tersebut ditulis seperti dibawah ini :

Sunan Bonang


Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban.

Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah cukup dewasa, ia berkelana untuk berdakwah di berbagai pelosok Pulau Jawa. Mula-mula ia berdakwah di Kediri, yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu. Di sana ia mendirikan Masjid Sangkal Daha.

Ia kemudian menetap di Bonang -desa kecil di Lasem, Jawa Tengah -sekitar 15 kilometer timur kota Rembang. Di desa itu ia membangun tempat pesujudan/zawiyah sekaligus pesantren yang kini dikenal dengan nama Watu Layar. Ia kemudian dikenal pula sebagai imam resmi pertama Kesultanan Demak, dan bahkan sempat menjadi panglima tertinggi. Meskipun demikian, Sunan Bonang tak pernah menghentikan kebiasaannya untuk berkelana ke daerah-daerah yang sangat sulit.

Ia acap berkunjung ke daerah-daerah terpencil di Tuban, Pati, Madura maupun Pulau Bawean. Di Pulau inilah, pada 1525 M ia meninggal. Jenazahnya dimakamkan di Tuban, di sebelah barat Masjid Agung, setelah sempat diperebutkan oleh masyarakat Bawean dan Tuban.

Tak seperti Sunan Giri yang lugas dalam fikih, ajaran Sunan Bonang memadukan ajaran ahlussunnah bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia menguasai ilmu fikih, usuludin, tasawuf, seni, sastra dan arsitektur. Masyarakat juga mengenal Sunan Bonang sebagai seorang yang piawai mencari sumber air di tempat-tempat gersang.

Sunan Bonang banyak melahirkan karya sastra berupa suluk, atau tembang tamsil. Salah satunya adalah "Suluk Wijil" yang tampak dipengaruhi kitab Al Shidiq karya Abu Sa'id Al Khayr (wafat pada 899). Suluknya banyak menggunakan tamsil cermin, bangau atau burung laut. Sebuah pendekatan yang juga digunakan oleh Ibnu Arabi, Fariduddin Attar, Rumi serta Hamzah Fansuri.

Sunan Bonang juga menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan transedental (alam malakut). Tembang "Tombo Ati" adalah salah satu karya Sunan Bonang.

ada informasi yang menurut saya sedikit unik dari sebuah postingan di kaskus saat saya mencari info tentang makam Putri Sempa yang ada di Pasujudan Sunan Bonang di Desa Bonang, Rembang.

http://www.kaskus.co.id/showpost.php?p=544152467&postcount=375, tertulis sebagai berikut :

" Di atas bukit ketinggian 500 meter itu sejarah Islam Jawa kembali terkuak. Puncak bukit di kawasan Binangun ini adalah bekas petilasan, atau pasujudan Bong Tak Ang salah seorang anggota Walisongo yang meninggal tahun 1525 Masehi pada umur 60 tahun. Sebagian orang menganggap ini adalah kuburannya, tetapi data yang paling valid ini hanyalah sebuah petilasan, tempat persemediannya. Kuburan Bong Tak Ang sendiri berada di tengah Kota Tuban Jawa Timur. Di puncak bukit itu juga terdapat makam Putri Campa Ibunya. Pada situs itu tertulis tarikh Jawa 1370 (1448 Masehi). Putri Campa ini bernama Andarawati, istri dari Bong Swie Ho seorang Wali Songo senior di Surabaya. Kabarnya makam Putri Campa tidak berada di bukit itu, tetapi di Dukuh Unguh-Unguhan, Trowulan Jawa Timur. Bong Tak Ang memindahkan makam Ibunya itu karena (menurut sejarahwan Graaf dan Pideaud) saat itu terjadi perampasan barang-barang berharga milik kerajaan Demak yang sedang diserang Mataram. "

saya katakan menarik, dari referensi sebelumnya nama sunan bonang, ayah (Sunan Ampel) dan kakeknya Syeh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) mempunyai nama seperti keturunan dari Arab, sedangkan referensi yang terakhir ini nama-nama yang muncul seperti orang-orang keturunan Tionghoa. Tetapi jelas yang dibahas disini sebagai Bong Tak Ang adalah anggota Wali Songo yang ayahnya seorang Wali Songo Senior di Surabaya (Sunan Ampel). sedangkan ibunya yang disebut Putri Campa, di referensi sebelumnya adalah istri Sunan Ampel yang bernama Nyi Ageng Manila. saya agak bingung, tapi saya menikmati keunikan ini..wkkwkwkwkk