apa yang saya tulis di blog ini biasanya adalah hasil perjalanan saya yang telah saya lakukan. tapi kali ini, judul entri baru saya adalah "mimpi : WALI SONGO".. kata mimpi di depan menunjukkan bahwa apa yang saya tulis ini masih berupa mimpi/ Rencana Perjalanan saya selanjutnya.
sudah banyak saya dengar dan lihat beberapa rombongan dari kampung-kampung di sekitar tempat saya tinggal melakukan perjalanan wisata religi Ziarah Wali Songo, tapi belum sekalipun saya ikut perjalanan seperti ini.
berhubung hobby say travelling khususnya naik motor, bukan angkutan umum atau rombongan, saya langsung punya ide untuk melakukan perjalanan wisata semacam itu dengan naik motor. perjalanan ini mungkin tidak bisa saya lakukan sekaligus dalam satu waktu, mengingat makam dan peninggalan Wali Songo yang tersebar di 8 kota Kabupaten di Pulau Jawa yang terpisah di 3 Provinsi, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. bisa saja perjalanan ini akan tuntas, lengkap sembilan wali, selama setahun. wkwkwkk..saya tidak membuat target waktu, tapi saya niat. wkwkwkwkk
masalah waktu, tenaga dan biaya menjadi pertimbangan utama. dalam waktu dekat mungkin saya dapat menjangkau Makam dan peninggalan Wali di Provinsi Jawa Tengah (Demak, Kudus, dan Jepara) dan beberapa di Provinsi Jawa Timur (Tuban dan Lamongan). saya harus memilih waktu yang tepat karena saya punya jadwal bekerja, dan mencari teman perjalanan.
selama saya merencanakan tempat tujuan pertama yang akan saya kunjungi, saya akan mempelajari tentang kesembilan wali ini dan kota yang akan saya tuju. selain mengunjungi makan dan peninggalan wali tersebut, saya berniat mampir di beberapa wisata alam di kota yang saya kunjungi. sekilas tentang wali songo saya dapat dari http://tempatwisata.web.id/daftar-tempat-wisata-agama-islam-makam-wali-songo.html
Makam anggota Wali Songo berada di Pulau Jawa dan tersebar di tiga provinsi, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Sebuah perjalanan tour wisata agama dengan tujuan ziarah makam Wali Songo biasanya dilakukan secara berurutan selama 7 hari mulai dari Jawa Timur sampai Jawa Barat, maupun arah sebaliknya. Melalui artikel berikut ini saya merangkum kunjungan menuju 9 makam anggota Wali Sembilan yang pernah saya lakukan.
1. Surabaya: Makam Sunan Ampel
Makam Sunan Ampel berada di Kota Surabaya, Jawa Timur, tepatnya di Jalan Nyamplungan. Salah satu tempat wisata di Surabaya ini ramai dikunjungi warga muslim karena lokasinya yang berada di tengah kota dan didukung jalur transportasi yang lancar. Makam Sunan Ampel berada dalam kawasan wisata budaya Surabaya, berdekatan dengan area pecinan Kya Kya Kembang Jepun dan Kampung Arab.
2. Gresik: Makam Sunan Giri dan Syekh Maulana Malik Ibrahim
Kota Gresik memiliki keistimewaan memiliki dua makam anggota Wali Songo, yaitu Sunan Giri dan Syekh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik). Makam Sunan Giri berada di puncak sebuah bukit di daerah Kebomas, sedangkan makam Syekh Maulana Malik Ibrahim berada tak jauh dari alun-alun Kota Gresik, Jawa Timur. Keduanya menjadi daya tarik wisata di Kota Gresik sehingga wisata kuliner Gresik ikut dikenal masyarakat luas.
3. Lamongan: Makam Sunan Drajat
Sunan Drajat menyiarkan agama Islam di sekitar wilayah Lamongan. Setelah beliau meninggal, Sunan Drajat dimakamkan di daerah Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Tempat wisata di Lamongan tersebut berada pada bukit dengan dikelilingi pepohonan yang luas. Untuk pengenalan sejarah budaya bagi dunia pendidikan, di sekitar makam Sunan Drajat dibangun Museum Sunan Drajat dan bisa diakses masyarakat umum secara gratis.
4. Tuban: Makam Sunan Bonang
Sebenarnya terdapat beberapa versi cerita mengenai sejarah makam Sunan Bonang. Ada yang mengatakan Sunan Bonang dimakamkan di 3 lokasi, yaitu Rembang, Tuban, dan Pulau Bawean. Namun sebagian besar ulama dan ahli sejarah setuju bahwa makam asli Sunan Bonang berada di kota Tuban, Jawa Timur. Makam tersebut berada di sebelah barat Masjid Agung Tuban, tepat di salah satu sisi alun-alun Kota Tuban.
5. Kudus: Makam Sunan Kudus
Sesuai namanya, makam Sunan Kudus berada di Kota Kudus, Jawa Tengah. Lokasi makam tak jauh dari Masjid Kudus yang memiliki menara mirip bangunan candi Hindu. Makam Sunan Kudus berada pada daerah dataran rendah sehingga lokasinya mudah dijangkau para wisatawan yang ingin mendoakan. Salah satu tempat wisata di Jawa Tengah ini ramai dikunjungi wisatawan melalui paket wisata Wali Songo.
6. Jepara: Makam Sunan Muria
Makam Sunan Muria berada tepat di puncak Gunung Muria. Saya sendiri ragu menentukan apakah lokasi makam berada di Jepara atau masih masuk wilayah Kudus. Namun sebagian besar literatur menyatakan bahwa makam tersebut berada di kawasan Jepara. Sebelum mencapai obyek wisata di Jawa Tengah ini, wisatawan harus menguji mental dan fisik untuk melewati jalur mendaki dan terjal menuju lokasi makam. Untungnya sudah ada layanan ojek yang mendukung kegiatan liburan ini.
7. Demak: Makam Sunan Kalijaga
Kota Demak bukan hanya terkenal dalam bidang sejarah budaya karena pernah berdiri Kerajaan Islam Demak. Disana juga terdapat makam Sunan Kalijaga (dalam bahasa setempat disebut Sunan Kalijogo). Lokasi makam agak ke daerah pinggiran kota Demak. Jarak makam Sunan Kalijaga dan kompleks pemakaman keluarga Kerajaan Demak bisa ditempuh dengan naik mobil selama kurang lebih 15 menit. Inilah salah satu obyek wisata di Jawa Tengah yang memiliki nuansa Jawa yang sangat kental.
8. Cirebon: Makam Sunan Gunung Jati
Bagian paling barat dari makam-makam anggota Wali Songo adalah makam Sunan Gunung Jati. Lokasi makam berada di salah satu daerah di kota Cirebon, Jawa Barat. Makam Sunan Gunung Jati berhiaskan ornamen dan piring antik dari China. Menurut sejarah yang beredar di masyarakat, Sunan Gunung Jati semasa hidupnya pernah menikahi Putri Ong Tien dari China sehingga budaya Tiongkok tampak dalam peninggalan sejarah di Cirebon.
Itulah delapan kota yang menjadi lokasi pemakaman para tokoh Wali Songo. Berlibur dan mengunjungi tempat-tempat wisata menarik di Indonesia bukan hanya untuk tujuan bersenang-senang. Kegiatan travelling juga bisa menjadi media pendidikan yang bagus untuk mengenalkan kekayaan budaya bangsa sekaligus menanamkan nilai-nilai keagamaan dalam diri kita. Ayo berlibur keliling Indonesia!
dari salah satu blog yang saya baca, bicara soal lokasi Makam Sunan Bonang yang masih simpang siur antara di Desa Bonang Rembang - Jawa Tengah atau di Tuban - Jawa Timur. http://informasi-budidaya.blogspot.com/2011/11/wisata-religi-perlu-data-empiris.html mengatakan bahwa "Pemkab Rembang telah lama ingin mengembangkan prosesi penjamasan bende bicak menjadi wisata religi komperhensif dengan aneka kegiatan, termasuk didalamnya ziarah ke makam Sunan Bonang. Namun karena sampai saat ini keberadaan makam yang sebenarnya masih simpang siur apakah di Bonang-Rembang atau di Tuban-Jawa Timur, maka perlu dicari bukti empiris terkait tempat terakhir peristirahatan salah satu tokoh wali songo tersebut.". saya sama sekali tidak berniat ikut-ikutan mencari bukti atau apapun tentang kebenaran lokasi Makam Sunan Bonang...wkwkwkk..hanya saja, karena Desa Bonang masih berada di wilayah Kota Rembang dimana saya juga tinggal, saya jadi tertarik untuk mengunjungi peninggalan/ Makam tersebut. semata-mata karena jaraknya yang dekat dan untuk menambah informasi. saya juga sering melihat rombongan peziarah di sekitar Wisata Bonang setiap kali saya lewat daerah ini. sering penasaran, tapi saya belum menyempatkan diri mampir ke tempat ini.
beberapa tulisan dari blog-blog lain sengaja saya tampilkan disini sebagai referensi tambahan. saya sebutkan web nya sebagai bentuk sopan santun dan menjauhkan dari usaha plagiat. satu informasi lagi saya ambil dari http://www.seasite.niu.edu/indonesian/islam/Bonang.htm yang memberikan informasi tentangh Sunan Bonang.
di blog tersebut ditulis seperti dibawah ini :
Sunan Bonang
Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban.
Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah cukup dewasa, ia berkelana untuk berdakwah di berbagai pelosok Pulau Jawa. Mula-mula ia berdakwah di Kediri, yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu. Di sana ia mendirikan Masjid Sangkal Daha.
Ia kemudian menetap di Bonang -desa kecil di Lasem, Jawa Tengah -sekitar 15 kilometer timur kota Rembang. Di desa itu ia membangun tempat pesujudan/zawiyah sekaligus pesantren yang kini dikenal dengan nama Watu Layar. Ia kemudian dikenal pula sebagai imam resmi pertama Kesultanan Demak, dan bahkan sempat menjadi panglima tertinggi. Meskipun demikian, Sunan Bonang tak pernah menghentikan kebiasaannya untuk berkelana ke daerah-daerah yang sangat sulit.
Ia acap berkunjung ke daerah-daerah terpencil di Tuban, Pati, Madura maupun Pulau Bawean. Di Pulau inilah, pada 1525 M ia meninggal. Jenazahnya dimakamkan di Tuban, di sebelah barat Masjid Agung, setelah sempat diperebutkan oleh masyarakat Bawean dan Tuban.
Tak seperti Sunan Giri yang lugas dalam fikih, ajaran Sunan Bonang memadukan ajaran ahlussunnah bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia menguasai ilmu fikih, usuludin, tasawuf, seni, sastra dan arsitektur. Masyarakat juga mengenal Sunan Bonang sebagai seorang yang piawai mencari sumber air di tempat-tempat gersang.
Sunan Bonang banyak melahirkan karya sastra berupa suluk, atau tembang tamsil. Salah satunya adalah "Suluk Wijil" yang tampak dipengaruhi kitab Al Shidiq karya Abu Sa'id Al Khayr (wafat pada 899). Suluknya banyak menggunakan tamsil cermin, bangau atau burung laut. Sebuah pendekatan yang juga digunakan oleh Ibnu Arabi, Fariduddin Attar, Rumi serta Hamzah Fansuri.
Sunan Bonang juga menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan transedental (alam malakut). Tembang "Tombo Ati" adalah salah satu karya Sunan Bonang.
ada informasi yang menurut saya sedikit unik dari sebuah postingan di kaskus saat saya mencari info tentang makam Putri Sempa yang ada di Pasujudan Sunan Bonang di Desa Bonang, Rembang.
http://www.kaskus.co.id/showpost.php?p=544152467&postcount=375, tertulis sebagai berikut :
" Di atas bukit ketinggian 500 meter itu sejarah Islam Jawa kembali terkuak. Puncak bukit di kawasan Binangun ini adalah bekas petilasan, atau pasujudan Bong Tak Ang salah seorang anggota Walisongo yang meninggal tahun 1525 Masehi pada umur 60 tahun. Sebagian orang menganggap ini adalah kuburannya, tetapi data yang paling valid ini hanyalah sebuah petilasan, tempat persemediannya. Kuburan Bong Tak Ang sendiri berada di tengah Kota Tuban Jawa Timur. Di puncak bukit itu juga terdapat makam Putri Campa Ibunya. Pada situs itu tertulis tarikh Jawa 1370 (1448 Masehi). Putri Campa ini bernama Andarawati, istri dari Bong Swie Ho seorang Wali Songo senior di Surabaya. Kabarnya makam Putri Campa tidak berada di bukit itu, tetapi di Dukuh Unguh-Unguhan, Trowulan Jawa Timur. Bong Tak Ang memindahkan makam Ibunya itu karena (menurut sejarahwan Graaf dan Pideaud) saat itu terjadi perampasan barang-barang berharga milik kerajaan Demak yang sedang diserang Mataram. "
beberapa tulisan dari blog-blog lain sengaja saya tampilkan disini sebagai referensi tambahan. saya sebutkan web nya sebagai bentuk sopan santun dan menjauhkan dari usaha plagiat. satu informasi lagi saya ambil dari http://www.seasite.niu.edu/indonesian/islam/Bonang.htm yang memberikan informasi tentangh Sunan Bonang.
di blog tersebut ditulis seperti dibawah ini :
Sunan Bonang
Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban.
Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah cukup dewasa, ia berkelana untuk berdakwah di berbagai pelosok Pulau Jawa. Mula-mula ia berdakwah di Kediri, yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu. Di sana ia mendirikan Masjid Sangkal Daha.
Ia kemudian menetap di Bonang -desa kecil di Lasem, Jawa Tengah -sekitar 15 kilometer timur kota Rembang. Di desa itu ia membangun tempat pesujudan/zawiyah sekaligus pesantren yang kini dikenal dengan nama Watu Layar. Ia kemudian dikenal pula sebagai imam resmi pertama Kesultanan Demak, dan bahkan sempat menjadi panglima tertinggi. Meskipun demikian, Sunan Bonang tak pernah menghentikan kebiasaannya untuk berkelana ke daerah-daerah yang sangat sulit.
Ia acap berkunjung ke daerah-daerah terpencil di Tuban, Pati, Madura maupun Pulau Bawean. Di Pulau inilah, pada 1525 M ia meninggal. Jenazahnya dimakamkan di Tuban, di sebelah barat Masjid Agung, setelah sempat diperebutkan oleh masyarakat Bawean dan Tuban.
Tak seperti Sunan Giri yang lugas dalam fikih, ajaran Sunan Bonang memadukan ajaran ahlussunnah bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia menguasai ilmu fikih, usuludin, tasawuf, seni, sastra dan arsitektur. Masyarakat juga mengenal Sunan Bonang sebagai seorang yang piawai mencari sumber air di tempat-tempat gersang.
Sunan Bonang banyak melahirkan karya sastra berupa suluk, atau tembang tamsil. Salah satunya adalah "Suluk Wijil" yang tampak dipengaruhi kitab Al Shidiq karya Abu Sa'id Al Khayr (wafat pada 899). Suluknya banyak menggunakan tamsil cermin, bangau atau burung laut. Sebuah pendekatan yang juga digunakan oleh Ibnu Arabi, Fariduddin Attar, Rumi serta Hamzah Fansuri.
Sunan Bonang juga menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan transedental (alam malakut). Tembang "Tombo Ati" adalah salah satu karya Sunan Bonang.
ada informasi yang menurut saya sedikit unik dari sebuah postingan di kaskus saat saya mencari info tentang makam Putri Sempa yang ada di Pasujudan Sunan Bonang di Desa Bonang, Rembang.
http://www.kaskus.co.id/showpost.php?p=544152467&postcount=375, tertulis sebagai berikut :
" Di atas bukit ketinggian 500 meter itu sejarah Islam Jawa kembali terkuak. Puncak bukit di kawasan Binangun ini adalah bekas petilasan, atau pasujudan Bong Tak Ang salah seorang anggota Walisongo yang meninggal tahun 1525 Masehi pada umur 60 tahun. Sebagian orang menganggap ini adalah kuburannya, tetapi data yang paling valid ini hanyalah sebuah petilasan, tempat persemediannya. Kuburan Bong Tak Ang sendiri berada di tengah Kota Tuban Jawa Timur. Di puncak bukit itu juga terdapat makam Putri Campa Ibunya. Pada situs itu tertulis tarikh Jawa 1370 (1448 Masehi). Putri Campa ini bernama Andarawati, istri dari Bong Swie Ho seorang Wali Songo senior di Surabaya. Kabarnya makam Putri Campa tidak berada di bukit itu, tetapi di Dukuh Unguh-Unguhan, Trowulan Jawa Timur. Bong Tak Ang memindahkan makam Ibunya itu karena (menurut sejarahwan Graaf dan Pideaud) saat itu terjadi perampasan barang-barang berharga milik kerajaan Demak yang sedang diserang Mataram. "
saya katakan menarik, dari referensi sebelumnya nama sunan bonang, ayah (Sunan Ampel) dan kakeknya Syeh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) mempunyai nama seperti keturunan dari Arab, sedangkan referensi yang terakhir ini nama-nama yang muncul seperti orang-orang keturunan Tionghoa. Tetapi jelas yang dibahas disini sebagai Bong Tak Ang adalah anggota Wali Songo yang ayahnya seorang Wali Songo Senior di Surabaya (Sunan Ampel). sedangkan ibunya yang disebut Putri Campa, di referensi sebelumnya adalah istri Sunan Ampel yang bernama Nyi Ageng Manila. saya agak bingung, tapi saya menikmati keunikan ini..wkkwkwkwkk
mas pengalaman naik motor perjalanannya diceritakan sekalian dunk hehe..
BalasHapus